Senin, 25 Januari 2010

Belajar berceramah sejak dini

Menjelang abad ke-11, seni berceramah telah menjadi subjek dalam pendidikan di dunia islam. Salah satu pengajar terkenal tentang seni berceramah saat itu adalah Ibn aqil.
Ia bahkan telah mendapatkan pendidikan tersebut sejak usianya 11 tahun.
Pada tahun pertama masa pendidikannya, Ibn aqil mempelajari ilm Alqur’an dan hadis. Dia menghafalkan keduanya karena merupakan sumber utama mata pelajaran seni berceramah. Ia mempelajari pula naskah naskah ceramah pada pendahulunya.
Biasanya para pelajar pemula, seperti Aqil, mengawali belajarnya dengan menghafalkan naskah-naskah ceramah terlebih dahulu. Lalu, mereka mereka belajar untuk menciptakan gaya ceramahnya sendiri. Termasuk, menentukan tema ceramah yang dianggapnya menarik.
Teknik ceramah harus terus menerus di pelajari untuk mencapai tingkat kefasihan bahas yang tinggi. Aqil di ketahui pula berasal dari keluargayang memiliki minat besar pada dunia keskretariatan dan tulis menulis.
Tak heran pula jika Aqil memiliki dasar kemampuan dalam berceramah, memiliki ketertarikan terhadap ilmu kalam dan kajian humaniora. Penceramah lain yang telah mengawali pendidikan berceramah sejak dini adalah Khadijah alsyahjaniyah.
Di dunia islam, seni berceramah memang mendapatkan perhatian besar. Sebab, melalui ceramah seseorang mampu menyampaikan ajaran agama dan gagasanya tentang agama kepada masyarakat luas. Kefasihan dalam berbahasa mejadi modal utama selain penguasaan ilmu agama.
Tak heran jika menjadi sangat penting pembelajaran soal seni berceramah yang dilakukan sejak dini. Tak hanya dilakukan oleh para penceramah melalui majelis yang didirikan, tapi juga melalui sekolah sekolah milik pemerintah islam.
Pada perkembanganya, penceramah mampu mearin banyak simpati dari para pengikutnya. Mereka juga memiliki banyak murid. Pun, memperoleh status sosial yang tinggi di tengah masyarakat. Bahkan mereka dekat dengan kekuasan. republika

0 komentar:

Posting Komentar